Panen dan pascapanen pada agribisnis

Ketepatan saat panen sangat menentukan kualitas produk. Produk yang dipanen tidak tepat waktu akan memiliki kualitas yang rendah dan kuantitas yang juga rendah. Cara untuk mempertahankan kualias tersebut antara lain dilakukan dengan :

  • Penanganan pascapanen secara baik.
  • Penyimpanan di tempat yang cocok/ideal.
  • Pengemasan yang benar.

Pemanenan terlalu muda atau terlalu awal menurunkan kualitas hasil. Misalnya pada komoditas buah, pemanenan terlalu didni menyebabkan proses pematangan tidak sempurna sehingga kadar asam justru meningkat (buah terasa masam). Namun, pemanenan terlalu tua atau lewat panen juga tidak baik. Jika terlalu tua dipanen, kualitas produk menurun dengan cepat saat disimpan dan rentan terhadap pembusukan. Pada beberapa komoditas sayuran pemanenan terlalu tua berdampak pada kandungan serat kasar yang meningkat sehingga sayuran tidak renyah lagi.

panen padi

Cara penen yang dipilih ditentukan oleh ketersediaan tenaga kerja dan luasan areal pertanaman. Ketika memanen sedapat mungkin menghindarkan komoditas dari kerusakan fisik (seperti memar, luka, dan lecet). Adanya keruasakan fisik pada komoditas akan mempercepat pembusukan, cepat layu, dan menurun kualitasnya, serta rentan terhadap serangan hama dan penyakit pasca-panen.

Pascapanen hasil pertanian adalah tahapan kegiatan yang dimulai sejak pemungutan hasil/penen pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan, holtikultura, perebunan, peternakan, dan perikanan sampai siap untuk dipasarkan. Hasil utama pertanian adalah hasil yang merupakan produk utama untuk tujuan usaha pertanian dan diperoleh melalui maupun tidak melalui proses pengolahan.

Adapun yang dimaksud dengan penanganan pascapanen adalah tindakan yang disiapkan atau dilakukan pada tahapan pascapanen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan atau diolah lebih lanjut oleh industri. Penanganan pascapanen hasil pertanian meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan langsung terhadap hasil petanian. Oleh karena sifatnya, produk pertanian harus segera ditanganai untuk meningkatkan mutu hasil pertanian agar mempunyai daya simpan dan daya guna lebih tinggi. Sesuai dengan yang dipaparkan diatas, kegiatan pascapanen meliputi kegiatan pemungutan hasil, perawatan, dan pengawetan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, dan standarisasi mutu di tingkat produsen. Misalnya pada komoditas padi, tahapan pascapanen meliputi pemanenan, perontokan, perawatan, pengeringan, penggilingan, pengolahan, transportasi, penyimpanan, standarisasi mutu, dan penanganan limabah.

Penanganan pascapanen hasil pertanian bertujuan untuk menekan tingkat kerusakan hasil panen komoditas pertanian dengan menigkatkan daya simpan dan daya guna komoditas pertanian tersebut. Penanganan yang benar akan dapat meningkatkan nilai tambah dan pendapatan.

Kualitas produk pertanian setelah dipanen tidak dapat dinaikkan, namun dapat dipertahankan. Oleh karena itu, pada saat panen, kualitas produk harus maksimal. Dengan penanganan yang baik, kualitas tersebut dapat dipertahankan untuk waktu yang lebih lama.

Komoditas hasil pertanian setelah dipanen masih tetap merupakan jaringan hidup. Sebagai jaringan hidup, produk yang dipanen masih tetap mengalami proses hidup dan menjalankan aktivitas fisiologis yaitu transpirasi dan respirasi. Misalnya pada produk sayuran masih berlangsung respirasi, yaitu menyerap oksigen (O2) serta memproduksi CO2 dan gas ethylene. Respirasi sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat kesegaran, sehingga akan mempengaruhi atau menyebabkan penurunan kualitas sayuran. Proses respirasi ini ada yang berjalan lambat, seperti bawang, kentang, dan ubi jalar, ada yang berjalan sedang, seperti kol/kubis, tomat, kentang muda, dan mentimun ada yang berjalan cepat seperti buncis dan ada yang berjalan sangat cepat seperti jagung manis.

Perlakuan utama dalma pascapanen bertujutan menghambat laju transpirasi dan respirasi dari komoditas yang bersangkutan. Transipirasi menyebabkan hilangnya air dari komoditas yang berpengaruh terhadap kesegaran/kerenyahan komoditas (terutama holtikultura). Adapun respirasi menyebabkan berkurangnya cadangan makanan (dalam bentuk pati, gula, dan lain – lain) dalam komoditas. Akibatnya akan mengurangi rasa dari komoditas (terasa hambar) dan mempercepat pembusukan. Pada komoditas holtikultura, transpirasi dan respirasi merupakan penyebab utama kerusakan setelah dipanen.

Setelah komoditas dipanen, perlu penanganan pascapanen yang tepat supaya penurunan kualitas dapat dihambat. Hal itu sangat penting, terutama pada pruduk holtikultura karena komoditas holtikultura umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar. Penanganan yang dapat dilakukan setelah pemanenan hanyalah mempertahankan kualitas dalam waktu selama mungkin. Misalnya pada buah – buahan, untuk memperpanjang masa simpannya lazim digunakan dengan pendiginan di dalam ruangan pendingin (cold storage). Namun, ketahanan buah – buahan terhadap perlakuan pendingin bervariasi. Ada buah – buahan yanb bila dikenai suhu pembekuan dalam waktu yang singkat saja sudah rusak, ada pula yang dapat dibekukan dan dicairkan beberapa kali tanpa menderita kerusakan yang tetap.

Beberapa kerugian yang diakibatkan oleh penanganan pascapanen yang kurang benar antara lain sebagai berikut :

  • Penurunan bobot berat
  • Kerusakan fisik, misalnya memar yang menyebabkan penurunan mutu dan goresan pada lapisan pelindung kulit yang bisa menyababkan masuknya bakteri.
  • Mempercepat kematangan sehingga menurunkan daya simpan.
  • Perubahan warna.
  • Penampilan menjadi kurang menarik.

Selain penanganan pascapanen yang harus dilakukan secara benar, faktor pengamasan juga perlu diperhatikan. Adapun tujuan pengemasa antara lain sebagai berikut :

  • Menghambat penurunan bobot berat akibat transpirasi dan melindungi dari kerusakan mekanik maupun hilangnya kadar air.
  • Menghindari atau mengurangi kerusakan pada waktu pengangkutan dan mengefisienkan proses pengiriman.
  • Menjaga kebersihan barang selama pengiriman.
  • Mudah disimpan dalam gudang.
  • Meningkatkan citra produk
  • Menarik perhatian konsumen dan dapat diguanakan sebagai alat promosi

Produk pertanian sebagai produk primer umumnya berupa produk yang bersifat kotor, cepat rusak, berkadar air tinggi, rua, dan tidak homogen. Dilain pihak, konsumen menginginkan produk yang memiliki bentuk yang menarik, kualitasnya terjamin, bersih, dan tidak cacat. Untuk mempertemukan keduanya dapat dilakukan pengolahan terhadap hasil pertanian sebelum dilepas ke konsumen.

Nilai komoditas pertanian akan meningkat jika dilakukan pengolahan sebelum dipasarkan ke konsumen. Nilai tambah tersebut tentu merupakan potensi keuntungan yang harus dimanfaatkan. Pengolahan hasil pertanian penting dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :

  • Dapat meningkatkan nilai tambah produk, Bagi petani pengolahan hasil petanian dapat dijadikan kegiatan lanjutan setelah panen yang dapat menambah nilai jual suatu komoditas.
  • Meningkatkan kualitas hasil pertanian. Apabila kualitas hasil lebih baik maka keinginan konsumen terhadap mutu terpenuhi dan bersedia membayar dengan harga yang lebih tinggi. Perbedaan kualitas selain mempengaruhi segmentasi pasar juga mempengaruhi harga produk yang bersangkutan.
  • Meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Kegiatan pengolahan hasil pertanian dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Jika petani langsung menjual hasil pertaniannya tanpa diolah berarti menghilangkan kesempatan kepada orang lain untuk bekerja pada kegiatan pengolahan.
  • Meningkatkan keterampilan. Pengolahan hasil membutuhkan keterampilan, dengan keterampilan mengolah hasil maka akan terjadi peningkatan keterampilan secara kumulatif. Pada gilirannya peningkatan keterampilan tersebut dapat meningkatkan penerimaan pendapatan usaha tani yang lebih besar.
  • Meningkatkan penghasilan, prdoduk yang lebih baik tentunya memiliki harga yang jauh lebih tinggi. Hal ini menjadikan pengolahan hasil sebagai kegiatan yang perlu dilakukan agar memperoleh peningkatan keuntungan.
0 Komentar untuk "Panen dan pascapanen pada agribisnis"

Back To Top